CerPen bersambung
ini aku buat berdasarkan inspirasi dari sebuah CerPen. Maaf jika ada kesalahan
:)
CerPen ini lebih
enak dibaca jikalau lagu "LAZY SONG" dibawah dimatikan :P
(Not based on true
story)
*****************************************************
"Akhir-akhir
ini, ada yang ngeliat Taras, nggak? Kok kayaknya dia menghilang gitu" kata
Nitta. "Entah, sama juga kayak Gina, Rina, dan Dinda." Sahut Sita.
Memang, akhir-akhir ini, Siswi SMA "Putri" Kartini banyak yang menghilang.
Banyak yang menduga bahwa ada yang dijadikan korban penculikan, ada yang
menduga bahwa telah menjadi korban pemerkosaan. Namun, itu masih menjadi
misteri. Kasus ini pun menimbulkan hasrat dua anak perempuan untuk mencari tahu
apa yang sebenarnya terjadi.
"Nitt, gimana
kalau kita selidiki saja apa yang terjadi, mungkin saja, kita dapat menjadi
pahlawan di SMA ini." Canda Sita. "Ah.. Kamu ini, Ta. Bisanya ngayal
mulu." Kata Nitta. "Kan bener, bisa aja kita memecahkan kasus yang
sangat serius ini, lalu, kita dapat penghargaan dari Kepala Sekolah." Kata
Sita. "Ah, Ta... Ta... Kamu bisa mengkhayal rupanya." Ejek Nitta.
"Tapi.. Betul, Nit. Aku serius. Aku mau menghentikan kasus ini."
"Hmm... Boleh juga, gimana kalau kita membentuk kelompok untuk melakukan
penilitian..." "Ide bagus. Ayo kita cari anggotanya."
2 hari. 3 hari. 4
hari. Nitta dan Sita giat sekali merekrut anggota barunya. Tak terasa, sudah 5
hari, dan yang terkumpul hanyalah 3 orang. "Tak apalah, cukup 5 orang
untuk melakukan penilitian yang berbahaya ini." Ucap Nitta optimis. Mereka
berlima adalah, Nitta, Sita, Titi, Luna, dan Heni. "Jadi, kita mau namai
kelompok kita apa?" Kata Luna. "Hmm... Gimana kalau Kartini'ers"
Sahut Titi. "Ngg... Nggak enak kayaknya kalau yang itu. Gimana kalau 'Lima
Sekawan' saja?" Ujar Sita. "Ide bagus... Apakah kalian setuju."
Kata Nitta. "Setuju.." Artinya, semuanya setuju.
"Nah, jadi.
Kapan kita menelitinya?" Kata Nitta. "Mungkin bisa dirundingkan
terlebih dahulu." Ujar Sita. "Hmmm... Mungkin... Hari Sabtu bisa kali
ya..." Sahut Luna. "Ng.. Tunggu dulu. Hari Sabtu... Ya, bisa. Aku
Free... Nggak ada les..." Kata Heni. "Aku bisa" Sambung Sita.
"Aku juga." Kata Titi. "Aku juga bisa..." Sahut Nitta.
Hari yang dinantikan
pun tiba. Saat istirahat pertama, mereka mencari tahu dimana lokasi hilangnya
siswi-siswi tersebut hanya dengan bebekal catatan kecil. 1 menit. 2 menit.
hingga 15 menit. Tak terasa, bel sudah memanggil-manggil. Mereka segera masuk
ke kelas. "Ga' bisa jajan nih..." Kata Sita yang hobi jajan.
"Iya... Padahal... Kepengen banget makan Burgernya Pak Sugeng yang
terkenal itu disekolah ini..." Kata Heni. "Sudah, istirahat kedua
kita pakai untuk mengobservasi kembali dan pulangnya, aku akan traktir kalian
makan disitu. Mau, nggak?" Ujar Nitta. "Mau bangeeeet" Kata
semuanya tak beraturan. "Ok.. Ayo.. Kita masuk ke kelas."
20 menit. 40 menit.
80 menit. Kriiiing.... Bel Istirahat kedua pun berbunyi. Mereka kembali mencari
tahu dimana saja para siswi menghilang. Kini, mereka menanyai Cleaning Service
yang bernama Pak Udin. Ya, semua staff dan para pengajar bahkan petugas kantin
disini perempuan semua. Kecuali Pak Udin dan Pak Sugeng. Kalau Pak Sugeng, itu
mustahil sekali, karena, dia adalah pembuat burger yang penutup sekali. Dan ia
jarang keluar rumahnya yang terletak di belakang kantin Pak Sugeng. Tepatnya,
rumahnya terletak di pojokan sekolah. Sedangkan Pak Udin, setiap berbicara, ia
terbata-bata terus.
"Pak Udin,
apakah bapak tahu dimana saja para siswi menghilang?" tanya Heni.
"Hmm... Se.. se tahu saya sih.. Kebanyakan di kelasnya..." Ujar Pak
Udin. "Apakah bapak tahu, apa saja yang dikerjakan para siswi-siswi itu di
kelasnya?" Kata Sita. "Wah.. ka.. kalau itu saya kurang tahu..."
kata Pak Udin dengan terbata-bata. Dan tak lama kemudian, bel berbunyi, tanda
pelajaran dimulai kembali.
40 menit telah
berlalu, akhirnya, sekarang semua kegiatan sekolah terlah selesai. Dan, kini,
saatnya, mereka menagih janjinya si Nitta. "Nitta!! Janjimu!!" Kata
Sita paling bersemangat. "Ok! Ayo kesana!" Kata Nitta memenuhi
janjinya.
Sesampainya di
Kantin Pak Sugeng. Sudaha ramai orang daritadi. Ya, kantin Pak Sugeng tak
pernah sepi pengunjung, mengapa? Pak Sugeng adalah pembuat Burger dan dia
membuat sendiri dagingnya. Makanya, dia menaruh harga agak mahal dari burger
biasa untuk burgernya. "Pak.. Burger special lima. Dagingnya dua
boleh pak. tambah seribu deh..." Rayu Nitta. "Wah.. Nggak bisa neng.
Daging sekarang mahal... Ada yang pakai daging tikus, tapi, dikit 'kan
dagingnya." Kata Pak Sugeng polos. "Oh... yaudah..." kata Nitta.
Mereka mengambil
tempat duduk dan mereka berdiskusi tentang tragedi siswi yang hilang.
"Hmm.. Ada banyak pendapat tentang tragedi ini. Dan yang paling kuat
ialah, siswi hilang di kelas dan ia sedang sendirian karena ia kerja kelompok
dengan siswi yang lainnya, siswi yang lainnya sedang jajan di kantin,
sedangkan, korban mengerjakan bagian tugasnya." Heni menjelaskan sembari
membolak-balik catatan kecilnya. "Hmm... Misterius sekali." Kata
Titi. Saat sedang berdiskusi, Pak Sugeng datang. "Ini neng,
burgernya." Kata Pak Sugeng sembari meletakkan Burgernya ke atas meja
mereka. "Makasih, Pak" Kata Luna. "Hmm.. Enak..." Kata Sita
sambil mengunyah dagingnya. "Hi... Kok dagingnya ada rambut sih... Banyak
lagi... Hii..." Ujar Titi geli. "Mungkin rambut pak Sugeng kali..
Rambutnya 'kan panjang." Kata Nitta. "Oh iya, bisa aja ya."
Jawab Titi. Mereka mengakhiri diskusi tersebut dengan asyik mengunyah burger
masing-masing.
Setelah puas melahap
burger, mereka pulang. Setelah di luar, Nitta baru sadar bahwa catatan kecil si
Heni ketinggalan. "Heni! Catatan kecilmu mana!" Kata Nitta. "Oh
iya! Ketinggalan!" Kata Heni. "Itu 'kan penting banget!" Kata
Titi. "Iya iya... Aku ambil deh... Ada yang mau menemani?" Tawar
Heni. "Nggak.. Orangtuaku menyuruh aku cepat pulang." Kata Sita.
"Sama seperti Sita." Kata Nitta. "Aku ada acara keluarga. Maaf
yah..." Ujar Titi. "Aku harus menjaga rumah, nih. Ayah dan ibuku mau
pergi." Kata Luna. "Oh.. Yaudah.. Aku pergi sendiri yah...."
Kata Heni.
Sesampainya di
kantin Pak Sugeng, Heni tak melihat bangku dan meja disana lagi. Ya, semuanya
telah dimasukan ke dalam rumah Pak Sugeng. Segeralah Heni ke rumah Pak Sugeng.
Tok tok tok. Heni mengedor pintu rumah pak Sugeng. Tak ada jawaban. Ia segera
memutar gagang pintu. Dan, pintu tak terkunci. Ia masuk ke dalam. Namun, ia
harus terpeleset karena kesandung karpet.
Duk...
"Aduh..." Ujar Heni pelan. Seketika itu, Heni menemukan sebuah
pintu masuk di lantai. Ia membukanya, dan ia pergi menuju ruang tersebut. Di
dalam ruang tersebut, ia mencium aroma yang menyengat. Dan, ia melihat ada
gilingan besar. Dan disamping gilingan itu, ia melihat baju siswi SMA Kartini
yang telah berlumuran darah. "Oh.. Tidak.. Bahaya.. Aku harus keluar dari
sini..." Bisik Heni ketakutan. Heni berbalik hendak keluar, namun terlambat, Pak
Sugeng sudah ada dibelakang. "Kamu tahu terlalu banyak, Nak!" Kata
Pak Sugeng sambil memukul Heni dengan logam berbentuk pipa. Henipun langsung
tak sadarkan diri. Dan Pak Sugeng langsung mencincangnya, menjadi daging
burger.
=Who's the next victim=
Part #2 is coming soon