Rabu, 28 September 2011

Bloody Burger - Part #1

CerPen bersambung ini aku buat berdasarkan inspirasi dari sebuah CerPen. Maaf jika ada kesalahan :)
CerPen ini lebih enak dibaca jikalau lagu "LAZY SONG" dibawah dimatikan :P
(Not based on true story)
*****************************************************
"Akhir-akhir ini, ada yang ngeliat Taras, nggak? Kok kayaknya dia menghilang gitu" kata Nitta. "Entah, sama juga kayak Gina, Rina, dan Dinda." Sahut Sita. Memang, akhir-akhir ini, Siswi SMA "Putri" Kartini banyak yang menghilang. Banyak yang menduga bahwa ada yang dijadikan korban penculikan, ada yang menduga bahwa telah menjadi korban pemerkosaan. Namun, itu masih menjadi misteri. Kasus ini pun menimbulkan hasrat dua anak perempuan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. 

"Nitt, gimana kalau kita selidiki saja apa yang terjadi, mungkin saja, kita dapat menjadi pahlawan di SMA ini." Canda Sita. "Ah.. Kamu ini, Ta. Bisanya ngayal mulu." Kata Nitta. "Kan bener, bisa aja kita memecahkan kasus yang sangat serius ini, lalu, kita dapat penghargaan dari Kepala Sekolah." Kata Sita. "Ah, Ta... Ta... Kamu bisa mengkhayal rupanya." Ejek Nitta. "Tapi.. Betul, Nit. Aku serius. Aku mau menghentikan kasus ini." "Hmm... Boleh juga, gimana kalau kita membentuk kelompok untuk melakukan penilitian..." "Ide bagus. Ayo kita  cari anggotanya."

2 hari. 3 hari. 4 hari. Nitta dan Sita giat sekali merekrut anggota barunya. Tak terasa, sudah 5 hari, dan yang terkumpul hanyalah 3 orang. "Tak apalah, cukup 5 orang untuk melakukan penilitian yang berbahaya ini." Ucap Nitta optimis. Mereka berlima adalah, Nitta, Sita, Titi, Luna, dan Heni. "Jadi, kita mau namai kelompok kita apa?" Kata Luna. "Hmm... Gimana kalau Kartini'ers" Sahut Titi. "Ngg... Nggak enak kayaknya kalau yang itu. Gimana kalau 'Lima Sekawan' saja?" Ujar Sita. "Ide bagus... Apakah kalian setuju." Kata Nitta. "Setuju.." Artinya, semuanya setuju.

"Nah, jadi. Kapan kita menelitinya?" Kata Nitta. "Mungkin bisa dirundingkan terlebih dahulu." Ujar Sita. "Hmmm... Mungkin... Hari Sabtu bisa kali ya..." Sahut Luna. "Ng.. Tunggu dulu. Hari Sabtu... Ya, bisa. Aku Free... Nggak ada les..." Kata Heni. "Aku bisa" Sambung Sita. "Aku juga." Kata Titi. "Aku juga bisa..." Sahut Nitta.

Hari yang dinantikan pun tiba. Saat istirahat pertama, mereka mencari tahu dimana lokasi hilangnya siswi-siswi tersebut hanya dengan bebekal catatan kecil. 1 menit. 2 menit. hingga 15 menit. Tak terasa, bel sudah memanggil-manggil. Mereka segera masuk ke kelas. "Ga' bisa jajan nih..." Kata Sita yang hobi jajan. "Iya... Padahal... Kepengen banget makan Burgernya Pak Sugeng yang terkenal itu disekolah ini..." Kata Heni. "Sudah, istirahat kedua kita pakai untuk mengobservasi kembali dan pulangnya, aku akan traktir kalian makan disitu. Mau, nggak?" Ujar Nitta. "Mau bangeeeet" Kata semuanya tak beraturan. "Ok.. Ayo.. Kita masuk ke kelas."

20 menit. 40 menit. 80 menit. Kriiiing.... Bel Istirahat kedua pun berbunyi. Mereka kembali mencari tahu dimana saja para siswi menghilang. Kini, mereka menanyai Cleaning Service yang bernama Pak Udin. Ya, semua staff dan para pengajar bahkan petugas kantin disini perempuan semua. Kecuali Pak Udin dan Pak Sugeng. Kalau Pak Sugeng, itu mustahil sekali, karena, dia adalah pembuat burger yang penutup sekali. Dan ia jarang keluar rumahnya yang terletak di belakang kantin Pak Sugeng. Tepatnya, rumahnya terletak di pojokan sekolah. Sedangkan Pak Udin, setiap berbicara, ia terbata-bata terus.

"Pak Udin, apakah bapak tahu dimana saja para siswi menghilang?" tanya Heni. "Hmm... Se.. se tahu saya sih.. Kebanyakan di kelasnya..." Ujar Pak Udin. "Apakah bapak tahu, apa saja yang dikerjakan para siswi-siswi itu di kelasnya?" Kata Sita. "Wah.. ka.. kalau itu saya kurang tahu..." kata Pak Udin dengan terbata-bata. Dan tak lama kemudian, bel berbunyi, tanda pelajaran dimulai kembali.

40 menit telah berlalu, akhirnya, sekarang semua kegiatan sekolah terlah selesai. Dan, kini, saatnya, mereka menagih janjinya si Nitta. "Nitta!! Janjimu!!" Kata Sita paling bersemangat. "Ok! Ayo kesana!" Kata Nitta memenuhi janjinya. 

Sesampainya di Kantin Pak Sugeng. Sudaha ramai orang daritadi. Ya, kantin Pak Sugeng tak pernah sepi pengunjung, mengapa? Pak Sugeng adalah pembuat Burger dan dia membuat sendiri dagingnya. Makanya, dia menaruh harga agak mahal dari burger biasa untuk burgernya.  "Pak.. Burger special lima. Dagingnya dua boleh pak. tambah seribu deh..." Rayu Nitta. "Wah.. Nggak bisa neng. Daging sekarang mahal... Ada yang pakai daging tikus, tapi, dikit 'kan dagingnya." Kata Pak Sugeng polos. "Oh... yaudah..." kata Nitta.

Mereka mengambil tempat duduk dan mereka berdiskusi tentang tragedi siswi yang hilang. "Hmm.. Ada banyak pendapat tentang tragedi ini. Dan yang paling kuat ialah, siswi hilang di kelas dan ia sedang sendirian karena ia kerja kelompok dengan siswi yang lainnya, siswi yang lainnya sedang jajan di kantin, sedangkan, korban mengerjakan bagian tugasnya." Heni menjelaskan sembari membolak-balik catatan kecilnya. "Hmm... Misterius sekali." Kata Titi.  Saat sedang berdiskusi, Pak Sugeng datang. "Ini neng, burgernya." Kata Pak Sugeng sembari meletakkan Burgernya ke atas meja mereka. "Makasih, Pak" Kata Luna. "Hmm.. Enak..." Kata Sita sambil mengunyah dagingnya. "Hi... Kok dagingnya ada rambut sih... Banyak lagi... Hii..." Ujar Titi geli. "Mungkin rambut pak Sugeng kali.. Rambutnya 'kan panjang." Kata Nitta. "Oh iya, bisa aja ya." Jawab Titi. Mereka mengakhiri diskusi tersebut dengan asyik mengunyah burger masing-masing. 

Setelah puas melahap burger, mereka pulang. Setelah di luar, Nitta baru sadar bahwa catatan kecil si Heni ketinggalan. "Heni! Catatan kecilmu mana!" Kata Nitta. "Oh iya! Ketinggalan!" Kata Heni. "Itu 'kan penting banget!" Kata Titi. "Iya iya... Aku ambil deh... Ada yang mau menemani?" Tawar Heni. "Nggak.. Orangtuaku menyuruh aku cepat pulang." Kata Sita. "Sama seperti Sita." Kata Nitta. "Aku ada acara keluarga. Maaf yah..." Ujar Titi. "Aku harus menjaga rumah, nih. Ayah dan ibuku mau pergi." Kata Luna. "Oh.. Yaudah.. Aku pergi sendiri yah...." Kata Heni.

Sesampainya di kantin Pak Sugeng, Heni tak melihat bangku dan meja disana lagi. Ya, semuanya telah dimasukan ke dalam rumah Pak Sugeng. Segeralah Heni ke rumah Pak Sugeng. Tok tok tok. Heni mengedor pintu rumah pak Sugeng. Tak ada jawaban. Ia segera memutar gagang pintu. Dan, pintu tak terkunci. Ia masuk ke dalam. Namun, ia harus terpeleset karena kesandung karpet.

Duk... "Aduh..." Ujar Heni pelan. Seketika itu, Heni menemukan sebuah pintu masuk di lantai. Ia membukanya, dan ia pergi menuju ruang tersebut. Di dalam ruang tersebut, ia mencium aroma yang menyengat. Dan, ia melihat ada gilingan besar. Dan disamping gilingan itu, ia melihat baju siswi SMA Kartini yang telah berlumuran darah. "Oh.. Tidak.. Bahaya.. Aku harus keluar dari sini..." Bisik Heni ketakutan. Heni berbalik hendak keluar, namun terlambat, Pak Sugeng sudah ada dibelakang. "Kamu tahu terlalu banyak, Nak!" Kata Pak Sugeng sambil memukul Heni dengan logam berbentuk pipa. Henipun langsung tak sadarkan diri. Dan Pak Sugeng langsung mencincangnya, menjadi daging burger.


=Who's the next victim=
Part #2 is coming soon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tanggapi Curhatanku...